Rabu, 12 Agustus 2020

TPU PASIR PARIA, Citalem, Cipongkor, KBB

TPU PASIR PARIA - CITALEM


-A THREAD

#Adoelt_Beby_Creepy_Universe


Awalnya aku heran dengan si Adoelt Beby, kenapa senang sekali dia menulis Thread Horor, hampir dari setiap Thread yang ditulisnya selalu membawa namaku sebagai Cameo.

Sengaja aku menghubungi si Adoelt Beby untuk menulis cerita yang aku alami langsung, karena memang di kampungku kala itu sering beredar cerita rakyat yang berhubungan dengan Mistis.

Dari kabar orang kaya yang ngipri, Babi ngepet, Sumur Putri dan masih banyak cerita yang beredar dari mulut ke mulut, bagiku semua itu hanyalah Fiktif, sebelum aku mengalami kejadian yang memang aku alami sendiri.

Tahun 1989 semenjak aku lulus SMA dan belum mendapat pekerjaan, aku dibelikan Motor oleh Abah dari hasil jualan Buah, aku mulai belajar Ngojek di pangkalan Ojek Desa Citalem untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Seperti biasa aku mulai berangkat ke pangkalan Ojek setelah sholat subuh untuk mencari sewa Ibu-Ibu yang mau berangkat ke pasar, karena kala itu belum ada transportasi umum, paling hanya Bis Dan Elf antar kota.

Singkat cerita, hari sudah sore aku belum dapat uang lebih dari hasil ngojek, karena siang aku ketiduran terlalu lama.

Tahun 1999 ketika terjadi krisis moneter, aku baru kredit motor karena motor yang dibelikan Abah dipakai Adikku untuk Kuliah.

Aku, Acun dan Nanang memutuskan untuk lanjut ngojek sampai malam atau bahasanya Ngalong, biasanya kalo malam Minggu suka banyak driver ojek yang ngalong karena target sewa adalah para pekerja yang baru pulang dari kota.

Namun karena malam Jum'at jadi hanya kami bertiga saja, adapun si Acun hanya sebentar karena katanya mau ada acara syukuran di rumahnya.

Setelah Acun mendapatkan orderan Mang Ade yang kala itu baru pulang dari Jakarta, dia langsung bergegas tak balik lagi ke pangkalan, tersisalah aku dan Nanang.

"Bah kopi hitam, jangan diaduk satu," pesan ku ke Bah Maman tukang Kopi di pangkalan.

"Siap," kata bah Maman sambil membuka kemasan kopi sachet bergambar Perahu.

"Bah dua aja kopi hitam nya," saut Nanang dari luar.

"Coba lur, kalo misalkan ada penumpang ke daerah Cimanila, mau kamu ambil gak?" Tanya Nanang (Cimanila adalah kampung yang berada di pedalaman yang aksesnya harus melewati TPU Pasir Paria).

"lah nya di tarik atu, kan lumayan ongkos nya malam begini mah," jawabku.

"Gak Takut emang Kamu lewat TPU Pasir Paria nya?" Tanya Nanang.

"Ngapain takut, kan belum ada manusia di makan Hantu,"

"Weh, awas kamu lho, Kemaren ada tukang ojek dikerjain setan," jelas Nanang.

"Lah itu ma halusinasi, tambah tukang ojek nya penakut," jelas ku yang tidak terlalu percaya akan cerita mistis, aku memang suka sompral kalo bicara, dan itulah yang menyebabkan ku mengalami kejadian ini.

"Jang nanti gelas nya taro di pojok saja yah, Abah ma mau duluan ah, kasian neng Fitri bisi nungguin," Kata Bah Maman sambil ngunci pintu warungnya karena waktu sudah jam 08:30.

"lah si Abah jam segini udah pulang, mau sunah rosul ya," sahut Nanang sambil becanda.

"Haha haha," kami tertawa.

Bah Maman pun pamit, malam semakin larut, tidak ada satupun lalu lalang orang di sekitar pangkalan ojek, api pembakaran sampah plastik yang aku bakar di depan warung juga semakin kecil.

Ketika Nanang sedang teriak nyanyi lagu Sheila on 7 melepas kegaduhan, tiba-tiba berjalan seorang kakek yang melewati pangkalan.

"Pulang dari mana Bah?" Tanya Nanang pada kakek itu dengan harapan Kakek itu mau naik ojek.

"baru pulang dari Dokter Amin." jawab Kakek yang membawa tongkat itu.

Nanang menawarkan jasa ojek, namun si kakek menolaknya dengan alasan tidak punya uang, kakek itu lanjut berjalan setelah menyarankan hati-hati kalo Ngojek malam hari, apalagi ini malam Jum'at Kliwon.

Tak lama setelah kakek itu jalan, belum satu menit kami menoleh, kakek itu sudah tidak ada.

"Kemana perginya kakek tadi Na?" Tanya Nanang sambil bangun dari motornya.

"Lah, kan barusan jalan, Ko cepet bener perginya kayak mantan kamu," jawabku.

"Wah ini mah pertanda gak bener Na, ayo ah balik," sahut Nanang sambil menyalakan motornya.

Aku dan Nanang bergegas pulang, tanpa mendapatkan hasil yang lebih malam itu.

Dalam perjalanan pulang, tepatnya di persimpangan arah ke rumahku yang gelap dengan rindangnya pohon bambu, aku berhadapan dengan pria yang memikul sebuah karung, pria itu berbadan tinggi besar dengan pakaian pangsi warna hitam seperti jawara kampung.

"Mau kamana Kang?" Tanyaku dengan harapan pria tersebut mau naik ojek.

Setelah tawar menawar pria itu mau naik ojek menuju rumahnya, kunaikan ikatan karung di bagian depan motor ku, dan naiklah Pria itu ku bonceng.

Dalam perjalanan pria itu kulihat hanya duduk tanpa berkata-kata, (Mirip Limbad) kalau ku gambarkan raut wajahnya.

Sampailah di daerah Pertigaan jalan menuju tujuan ku, hujan pun turun, aku menepikan motor di depan warung yang sudah tutup.

"Pake jas Hujan dulu ya Kang?" Sahut ku.

Pria itu hanya mengangguk, karena memang tidak banyak bicara dari awal perjalanan pun, dia berteduh dengan tatapan kosong dan wajah yang sedikit pucat, mungkin karena kedinginan.

Aku membuka jok motor untuk mengambil jas hujan, entah apa isi karung yang terikat milik pria itu, karena sangat berat ketika aku memindahkannya.

"Astagfirullohaladim," aku terjatuh kebelakang.

"kenapa?" Tanya pria itu seolah kaget.

"Itu, itu, itu ada, , ," Aku melihat ada sebuah kepala manusia di bagasi Jok motor tempat aku menyimpan jas hujan, kepala manusia itu sangat menakutkan, wajahnya berlumuran darah, lidahnya panjang menjulur keluar dan matanya menatapku.

"Ada apa Kang?" Pria itu membuka jok motor ku, dia melihat tidak ada apa apa, hanya ada jas hujan.

"Gak ada apa-apa kang, inimah jas hujan!" Pria itu meyakinkan ku sambil mengeluarkan jas hujan milikku.

"Sepertinya kamu kecapean, kurang istirahat yah?" jelas pria itu sambil turun ke jalan dan mengangkat tangan ke arah hujan, memastikan hujan reda.

"Ayo kang lanjut, hujan nya sudah reda," dia mengajakku melanjutkan perjalanan.

Kunyalakan motor, meskipun masih sedikit syok terbayang wajah kepala manusia yang tadi kulihat, sampailah aku memasuki persimpangan menuju tujuan, jalannya masih belum di aspal hanya batu koral dan banyak sekali lobang yang becek setelah di guyur hujan.

Kulihat sekitar perkampungan daerah Kiai Muthalib itu sangat sepi, sesekali ku lirik dari kaca spion motor, wajah pria yang ku bonceng itu sangat putih, dengan kumis yang hampir menyerupai gagang telepon umum, Pria itu hanya terdiam meski ku ajak bicara tak seperti ketika tadi berteduh.

Tanpa ku sadari perjalanan hampir mendekati ke Pemakaman Pasir Paria, kurang lebih sekitar 1 Km.

Suasana malam sangat sepi, hanya terdengar suara jangkrik di kebun dan burung hantu di pohon, dari atas terdengar hembusan angin yang menabrak rindangnya dedaunan, tiba-tiba hidungku mencium seperti bau yang sangat aneh, seperti bau bangkai yang sudah membusuk.

Laju motorku tidak terlalu kencang, karena jalan sangat licin setelah diguyur hujan, suara anjing yang melolong layaknya serigala dalam film GGS dan sebuah tenda di tengah area pemakaman menambah rasa takut perjalanan ku karena adanya kuburan baru.

Jalanan yang licin membuat karung milik pria itu jatuh terpental ke semak ilalang, aku menepikan motor untuk mengambil karung pria itu ke arah rumpun.

"Maaf ya kang, karungnya jatuh, saya ambil dulu," pria itu hanya membuang muka sambil turun dari motor, seakan marah padaku karena menjatuhkan barang bawaannya.

"Astaghfirullah hal adzim," Kulihat karung itu sudah terbuka dan didalamnya ada sosok kepala manusia yang tadi kulihat di bagasi Jok motor ku tadi.

Sontak aku merangkak mundur dan membalikan badan.

Ketika aku bangun menghadap motorku, kulihat pria itu berdiri membelakangi ku dengan leher penuh darah dan kepalanya tidak ada.

"Aaaa aaa aaa," kakiku tak bisa digerakkan, aku hanya terdiam dengan badan yang bercucuran keringat, melihat Hantu tanpa kepala itu berjalan mengelilingiku.

Hantu itu menenteng kepala nya dari semak di belakangku, wajah nya tersenyum seakan lucu menertawakan aku yang terbata ketakutan.

"Jadi jelema tong sok ngajago!" (jadi orang jangan sok jagoan),

"Di dunia taya Elmu panungtung!" (Di dunia tak ada ilmu penutup),

"Ti nu kuat Aya nu leuwih kuat!" (Dari yang kuat ada yang lebih kuat).

Kepala yang ditenteng hantu itu dihadapkan ke depan wajahku dan berbicara bahasa Sunda dengan suara yang menggeram membuatku ingin muntah dari bau busuk seperti bangkai yang tidak dikubur.

Dalam hati aku hanya membaca ayat suci yang ku ingat dan entah apa yang terjadi setelah itu.

Hingga seorang Kakek yang malam tadi aku temui, menepuk punggungku,

"Hudang Jang geura balik, geus beurang," 

(Bangun nak ayo pulang, sudah siang).

Kakek itu seperti membacakan doa, pada botol air mineral yang dibawanya, lalu airnya diusapkan ke wajah ku.

"Astaghfirullah hal adzim," sadarku.

"Ujang dari mana? Mau kemana?" Tanya Kakek itu.

Ku jelaskan kejadian yang terjadi padaku malam tadi, ternyata kakek itu sudah beberapa kali menemui orang yang tak sadar di TPU Pasir Paria seperti yang ku alami.

Jelasnya dari jauh dia hanya melihatku berjalan mengelilingi motor yang terparkir di tengah jalan.

Kalo dalam bahasa Sundanya aku 'DIUSAP KOROD' atau dibikin nyasar sama Jin!!

Namaku Barna, terima kasih sudah berkenan membaca cerita yang ku alami, masih banyak kejadian yang lebih menyeramkan di TPU PP, semoga si Adoelt Beby berkenan menulis Thread dari sumber yang lain, percaya atau tidak, percayalah!! Mereka itu ada meski bukan untuk di imani.

Terima kasih,

Adoelt Beby Creepy Universe 0720-07. 

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar