Rabu, 12 Agustus 2020

Rumah Bekas Praktek Bidan, Citalem, Cipongkor, KBB

RUMAH BEKAS PRAKTEK BIDAN


-A THREAD

#Adoelt_Beby_Creepy_Universe


"Papah berangkat dulu Mah," sahut Deni kepada Nining "awas ruang penyimpanan beras jangan di matikan lampunya!" Deni suami Nining mengingatkan semua yang bantu-bantu di rumah itu, karena mau berangkat belanja sayuran naik ojek Mang Barna.

Nining adalah tetanggaku yang baru mengontrak rumah, meskipun orang lain tapi dia sudah kuanggap seperti ponakanku sendiri, karena dia suka menitipkan Siska anak bungsunya padaku kalau sedang merias pengantin.

Malam Jum'at, aku dan Ibu-Ibu tetangga yang lain membantu masak di rumah Nining, karena hari Sabtu ada acara syukuran sunatan anak pertamanya.

Nining tinggal di rumah yang baru dikontraknya, rumah itu lumayan besar, karena pemilik sebelumnya adalah seorang bidan yang harus pindah tugas ke daerah lain.

Setelah sholat Maghrib aku berangkat ke rumah Nining, disana sudah banyak Ibu-Ibu tetangga yang membantu masak, aku bergegas mengambil piring dan peralatan masak yang kotor untuk dicuci.

Ketika aku mau mencuci perabotan, di toilet seperti ada seseorang yang sedang mandi.

Akupun menunggu sejenak, di samping pintu toilet yang mana berdampingan dengan ruang penyimpanan beras, yang dulunya adalah ruang tempat Bidan Ariyah Praktek.

"Lagi apa Bi Nyai? Ko melamun sendirian, awas nanti kerasukan lho!" Sahut Inah yang mau ngambil beras ke gudang.

"Gatau siapa, kayaknya ada yang lagi mandi," jawabku.

"Emang siapa? Dari tadi juga perasaan gak ada yang ke toilet," tanya Inah.

Aku beranjak ke ruang depan, disana ada Adikku Agus dan anak buah nya Deni yang sedang membantu merias ruangan.

"Ning di toilet ada siapa? ko kaya ada yang sedang mandi?" Kuhampiri Nining yang sedang menemani Agung anaknya yang di sunat.

"Gak tau gak ada yang ke toilet, Ibu-Ibu di belakang mungkin," jawab Nining.

Aku kembali ke belakang dan kulihat seorang perempuan memakai Daster putih keluar dari toilet.

"Sudah mandi nya neng?" Ku tanya perempuan itu, namun dia tidak menjawab pertanyaanku, hanya membungkuk dan masuk ke ruang penyimpanan beras, mungkin dia kedinginan pikirku.

Ku ambil perabotan kedalam toilet, namun yang membuatku heran, kenapa toilet seperti tidak ada yang memakai, jangankan genangan air di lantai, air di bak mandi pun masih terlihat penuh.

"Huuuuuu huu huu huu," ku dengar suara rintihan seperti perempuan yang kesakitan, dari ruang penyimpanan beras.

Aku beranjak dari toilet dan mendekati ruangan itu, namun langkahku terhenti di depan pintu masuk yang sedikit terbuka.

"kenapa ruangan itu lampunya mati?" Aku Jadi teringat sahut Deni sebelum berangkat, katanya jangan mematikan lampu ruangan ini!

"Plak, , , ," 

"Aaaaght, , , , ngagetin aja!" Dari belakang Inah menepuk pundaku.

"Katanya mau nyuci perabotan, malah ngintip gudang beras,"

"Suuttt , , , sini kamu denger gak? Tadi siapa yang mematikan lampu ruangan ini?" Ku tanya Inah sambil berbisik.

Dia hanya terdiam dan mendengarkan suara yang merintih di dalam gudang beras yang gelap.

"Ah ngaco kamu, malah ngigo, awas aku mau ambil kentang!" Inah tidak percaya apa yang ku katakan dan dia malah nyelonong masuk ke ruangan itu, aku kembali ke dalam toilet.

"Astaghfirullahaladzim, aaaaaght," setelah menyalakan lampu Inah berteriak seperti ketakutan.

Kulihat Inah sedang menangis sambil menutup mata di bawah stop kontak lampu dekat pintu masuk, kuangkat badannya yang sebesar Ice Bear, dan datanglah Adikku Agus dan semua yang ada di rumah itu.

Katanya Inah melihat sosok perempuan yang sedang berbaring di meja praktek peninggalan Bidan Ariyah dan sosok itu merintih memegang perut yang berlumuran darah seperti perempuan habis melahirkan.

Akhirnya Inah diantarkan adikku pulang ke rumahnya yang tak jauh dari rumah Nining.

Singkat cerita, waktu semakin malam, adikku dan anak buah Deni sudah selesai mendekorasi ruangan dan masing-masing berpamitan satu per satu.

Kegiatan masak sudah hampir selesai, tinggal satu masakan yang belum jadi, sambil bersih-bersih aku dan yang lainnya, ngobrol dan istirahat sejenak sebelum bergegas pulang.

"Kopi hitam masih ada Ning?" Tanya Haji RT, sambil membakar rokok.

"Ada mungkin Bi Haji, sisa si Agus, sebentar," jawab Nining sambil mengambil Kopi gambar Perahu ke ruangan tengah.

Yang masih stand by di rumah itu hanya aku dan Haji RT, yang sedang memanaskan air untuk menyeduh kopi.

"Astaghfirullahaladzim, , , ," Nining kaget sambil menjatuhkan kopi yang di genggamnya.

"Kenapa Ning?" Sahutku.

"Barusan siapa yang masuk toilet Bi?" Tanya Nining dengan gugup, karena dia melihat seorang perempuan masuk ke toilet persis yang kulihat tadi, padahal Bu Haji RT masih di dapur.

"Emang siapa Ning?" Tanya Bu Haji RT sambil membuka kemasan kopi.

"Gatau Bu, ada perempuan yang lewat masuk ke toilet," 

Kami bertiga yang masih terpaku heran di pintu dapur, tiba-tiba mencium bau darah segar, perutku seakan mual menciumnya.

"Wuee, bau apa ini Bu Haji?" Tanyaku "kenapa seperti bau darah segar!"

"Huuuuu huuu huuu," Kembali terdengar rintihan seperti perempuan yang menangis kesakitan dari dalam toilet.

"Barak, , ," suara pintu depan terbuka.

"Aggght," kami sontak terkaget.

Ternyata yang membuka pintu itu Deni dan Barna.

"Ada apa nih? Ko kaya pada ketakutan gini?" tanya Deni.

"Sutttt, ada yang masuk kedalam toilet, sini dengerin!" Bisik Nining.

"Huuuuu huuu huuuu," rintihan itu belum berhenti, Deni memberanikan diri mengetuk pintu toilet.

"Tok tok tok," "siapa di dalam?" Tidak ada jawaban.

"Cekrek cekrek cekrek," suara genggaman pintu toiltet yang dipegang Deni.

"Siapa di dalam?" Masih tidak ada jawaban, hanya suara rintihan yang menangis tadi tiba-tiba berhenti.

Bau darah yang semakin menyengat membuatku dan semua yang ada di rumah itu mual, Deni kembali menghampiri kami dan belum sampai 5 langkah, tiba-tiba,

"Brak, , , ," pintu toilet terbuka dengan hembusan angin yang berhembus kencang.

"Aaaaght, , , ,"  sontak kami berteriak, Deni meloncat kesamping Nining dan Bu Haji, dari dalam toilet terlihat Perempuan tinggi persis yang kulihat tadi, namun kali ini kulihat daster putih yang dikenakannya sudah berubah warna menjadi merah berlumur darah.

Dengan wajah pucat yang sangat menyeramkan, perempuan itu menatap ke arah kami sambil menjulurkan lidahnya yang panjang, kami hanya membaca doa dan ayat suci yang kami ingat.

Perempuan itu seakan tidak takut dengan doa kami, dia hanya tertawa seperti kuntilanak, suaranya sangat khas seperti menertawakan kami yang ketakutan.

Kami bergegas lari ke arah pintu keluar, Nining menggendong Siska Putri bungsunya dan Deni menggendong Agung anaknya yang pertama, tibalah dari pintu masuk Kang Barana dan Abah yang baru pulang dari rumah Inah.

Abah ku adalah salah satu orang pintar di Citalem, akhirnya dia masuk ke ruangan belakang untuk membacakan doa.

Setelah Abah keluar, Abah menyarankan untuk mengakhiri saja kegiatan malam itu, ternyata sosok perempuan itu marah, karena ada Inah mematikan lampu kamarnya ruangannya.

Aku dan Bu Haji RT langsung bergegas pulang, Abah menginap sambil berjaga di rumah Nining, begitulah kejadian nyata yang dialami Alm.Ibuku di tahun 2003.

Sosok perempuan tersebut sebenarnya adalah kuntilanak, namun sosok itu mengaku-ngaku kalau dia adalah wanita yang meninggal setelah melahirkan di rumah praktek Bidan Ariyah.

Percaya atau tidak sosok tersebut hingga kini masih suka menampakan diri jika ada yang sedang apes di rumah itu.

Cerita ini pernah diceritakan Radjib anak Band yang Threadnya berjudul 'Memedi Sawah Darussalam'.

Terima Kasih,

Adoelt Beby Creepy Universe 0720-08.

Asalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar