KEBUN KANDANG AYAM
-A THREAD
#Adoelt_Beby_Creepy_Universe
"Kalau kau ragu, lebih baik kau tunggu sampai pagi jangan kau lanjutkan perjalanan malam ini!" Sahut kakek tua yang duduk tiba-tiba di samping ku.
"Kenapa bah?" Tanya ku dengan penasaran.
"Malam ini Jumat Kliwon Kabisat" jelas nya.
Aku bingung kenapa kakek itu menyarankan seperti itu, apa ada yang salah denganku? Ah mungkin itu halusinasi karena aku terlalu lelah dalam perjalanan
Namaku Ade, aku seorang pekerja bangunan di Jakarta, siang tadi aku mendapat kabar dari atasan ku Aep yang baru datang dari kampung, katanya Ibu Mertuaku sakit, tahun 1999 jangankan gadget untuk komunikasi, telepon genggam saja belum menjadi anggota tubuh bagi orang sepertiku.
Memang iya, dari sebelum aku berangkat kerja, Ibu Mertuaku sudah sakit parah, namun siang tadi Mang Aep menyarankan aku untuk pulang, takutnya kalo menunggu hari Sabtu, Ibu mertuaku tidak terselamatkan.
Mendengar kabar itu, aku pulang lebih awal dari seharusnya, dari Jakarta aku berangkat sekitar jam 01:00 siang setelah waktu istirahat selesai.
Sesampainya di Kebon Kalapa pukul 03:30, lanjut naik bis yang ke arah Cililin, tampaknya itu bis terakhir yang menuju kampungku.
Aku pulang seorang diri, hanya berbekal tas ransel yang biasa kubawa, aku memilih bangku di belakang sopir, berdampingan dengan seorang wanita paruh baya.
Setelah wanita paruh baya di sampingku turun, naiklah seorang kakek tua dengan pakaian putih duduk di sampingku.
Yang membuatku heran, kakek itu hanya duduk terdiam, bahkan kondektur bis pun tidak meminta ongkos perjalanan, mungkin ada orang yang membayar ongkos perjalanannya di belakang.
Tiba-tiba dari belakang ku.
"Ko seperti bau kamper yah?" Perempuan itu bertanya kepada orang di sampingnya.
Memang aku pun mencium seperti bau kamper setelah kakek itu duduk, pikirku mungkin pakaian si kakek di simpan di lemari yang diberi kapur barus.
Setelah adzan magrib berkumandang, hari pun sudah gelap, kakek itu tiba-tiba menyentuh tangan ku dan berbisik ke telingaku.
"Jang kamu mau pulang ke daerah selatan yah?" Tanya kakek itu.
"Iya Bah" jawabku.
"Kalau kau ragu, lebih baik kau tunggu sampai pagi jangan kau lanjutkan perjalanan malam ini!"
"Memang ada apa Bah?" Tanyaku dengan heran
Kakek itu berdiri seperti tujuannya sudah dekat, dia beranjak ke arah belakang seperti menuju pintu keluar bis, semakin aku heran, kenapa hampir semua orang seakan tidak melihat keberadaan kakek itu.
Kembali ku lirik ke arah belakang.
"Hah, kemana perginya kakek itu?" Kakek itu menghilang, padahal bis belum berhenti atau melambat sekalipun.
Singkat cerita sampailah aku di perhentian di pangkalan ojek depan pasar, kulihat sekitar tak ada satupun orang yang berlalu lalang, bahkan warung-warung pun sudah tutup.
Sambil beristirahat sejenak, aku membakar sebatang rokok, sambil memikirkan apa yang dimaksud kakek tua tadi, kenapa dia bicara seperti itu.
Dalam hatiku mungkin itu halusinasi, karena aku terlalu lelah dalam perjalanan.
Aku berjalan kaki melewati pasar tradisional yang kalo malam sangat gelap, karena pasar disitu hanya digelar satu Minggu satu kali.
Kata Mang aep.
"kalo pulang malam, harus sambil membawa api, atau setidaknya membawa bara api agar mahluk halus tak berani mengganggu perjalanan".
Aku yang tidak terlalu percaya akan hal mistis, tapi setelah aku bertemu dengan kakek misterius tadi, tidak ada salahnya kucoba.
Sebelum melewati sawah aku melewati sebuah lapangan sepak bola, yang konon katanya suka ada penampakan siluman kuda putih.
Lapangan sepak bola itu berujung di sebuah kampung, terlihat hamparan sawah yang luas, biasanya kalau aku lewat suka terdengar suara pengajian dari speaker pesantren, namun malam itu tidak kudengar apapun hanya suara kodok di pinggir sawah.
Setelah sawah terlewat aku memasuki sebuah hutan bambu yang sangat luas, terpaan angin menabrak dedaunan pohon bambu, seakan hujan akan turun.
Dari belakang kudengar seakan ada langkah kaki yang mengikuti, namun ketika aku berhenti dan kulihat kebelakang tidak ada siapapun.
Lanjut aku berjalan lebih cepat, tepat di persimpangan aku seakan melihat sesuatu dipojok persimpangan itu.
Kulihat seperti sesosok anak kecil dengan rambut panjang yang sedang merunduk.
Namun setelah kudekati lebih dekat.
"Aggght"
Ternyata sosok itu bukan anak kecil, kulihat itu seperti kepala manusia dengan rambut panjang, tanpa tubuh, sedang memakan seekor ayam yang masih hidup.
Sosok itu pun berbalik kearah ku, raut wajahnya sangat menakutkan, dengan mulut berlumuran darah dari ayam yang dimakannya.
Aku terjatuh kebelakang, sosok itu terbang melayang tepat di hadapan wajahku, seakan dia marah, karena aku mengganggunya.
Wajahnya tersenyum menganga dengan lidah yang menjulur, seperti ingin menggigitku.
Serontak aku berteriak meminta pertolongan sambil merangkak mundur.
Sosok itu melayang semakin mendekat, aku menutup mata sambil membaca ayat-ayat suci yang kuingat, karena kakiku seperti kaku tidak bisa kugerakan, penglihatan ku semakin gelap karena sosok itu semakin mendekat ke arah wajahku dan aku tak tahu apa yang terjadi.
Hingga kulihat cahaya terang, sosok itu terbang menjauh dan terdengar seseorang sedang membaca doa.
Setelah sadar, aku sedang berada di pos ronda dekat kandang ayam dan Toni seorang santri di Kampung Babakan memberiku secangkir air putih yang sudah dibacakan doa.
Aku tadi kesurupan katanya, para santri yang sedang jaga di pos ronda itu, mendengar aku berteriak-teriak tak sadar di persimpangan tengah hutan bambu, kuceritakan apa yang terjadi padaku.
"Kang kalo lewat hutan itu, jangan sampe pikiran kosong!" sahut seorang santri, sepertinya aku tadi terlalu bimbang memikirkan kakek tadi
Akupun pulang di antar Toni dan para santri itu pulang ke rumahku.
Terima kasih sudah berkenan membaca tulisan ini, cerita ini ku dapat ketika aku masih di Pondok pesantren tahun 1999.
Terima kasih.
Adoelt Beby Creepy Universe 0720-02
Asalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar