Rabu, 12 Agustus 2020

Lapangan Sepak Bola Citalem, Cipongkor, KBB.

SILUMAN KUDA PUTIH LAPANGAN SEPAK BOLA


-A THREAD

#Adoelt_Beby_Creepy_Universe


"Nah disini Ton, biasanya suka ada penampakan pocong yang diceritakan tukang kopi tadi!" Sahut Mang Aep menjelaskan apa yang dikatakan penjual kopi, tepatnya di penjagalan Sapi Rancapanggung.

Aku tidak terlalu menghiraukan joke mereka, karena aku lebih fokus ke perjalanan pulang yang harus kutempuh dengan berjalan kaki.

Malam semakin larut, aku fokus tertunduk memilih jalan yang gelap, dengan harapan lebih cepat bisa istirahat.

Sesekali ku tengok ke belakang, berharap ada mobil truk yang melintas agar bisa nebeng, namun malam itu sangat sepi, jangankan mobil truk, sepanjang Jalan Rancapanggung kami tidak berpapasan dengan orang sama sekali, mungkin karena waktu sudah hampir tengah malam.

Namaku Toni, rumahku di Kampung Babakan, tepat di daerah dekat sebuah Pondok Pesantren yang diceritakan dalam Thread yang berjudul 'KEBUN KANDANG AYAM'.

Seusai lulus sekolah, aku ikut mencari kerja di Jakarta, bukan Meikarta, Tahun 2003 Meikarta masih hanya rencana, sambil menunggu panggilan kerja dari pabrik aku ikut belajar kerja bangunan membantu Bapak ku.

Seperti biasa Sabtu sore waktunya pulang ke kampung bagi para pekerja bangunan, namun sore itu tidak banyak yang pulang kampung, hanya aku dan Mang Aep yang sebelumnya pernah berbagi kisah di Thread yang berjudul 'MISTERI TANJAKAN IBOT'.

Dari Jakarta aku pulang setelah pembagian gaji, sampe Bandung tepat di daerah Cimareme kami turun ditengah jembatan Tol sekitar pukul 20:00.

Karena waktu sudah malam kami lanjut naik Bis yang jurusannya ke Sindangkerta.

"Tak apalah paling nanti naik ojek dari persimpangan Rancapanggung," kata Mang Aep, namun sesampainya di Rancapanggung, kami tidak menemui ojek satupun.

"Sudah terlalu malam kang, mungkin sudah pada pulang ojek nya," sahut pedagang kopi sambil memberikan uang kembalian.

"Hati-hati kalo mau lanjut jalan kaki, kemarin ada yang apes ketemu Pocong!" Sambil bercanda pedagang kopi itu memberi saran.

Kami berjalan sekitar 6 mil menuju rumah, hingga sampai di batas Desa langkah kami semakin melambat karena sudah lelah, air mineral yang kami bawa juga sudah habis.

Saat tiba di bawah rindangnya pohon bambu, dari belakang aku merasa seakan ada yang membuntuti, angin yang berhembus menabrak rindangnya pohon bambu, menciptakan backsound yang mencekam dan membuat ku merinding.

Dengan penasaran ku lirik ke arah belakang, namun belum sepenuhnya aku menoleh, dari ujung mata sebelah kanan aku melihat, sosok perempuan yang memakai gaun putih, seakan berjalan melayang dari pohon samping jalan raya ke pohon yang di seberangnya.

Perempuan itu melayang sekitar 10 kaki diatas jalan raya, aku berjalan lebih cepat melewati Mang Aep, dan setelah melewatinya ku tunjukan.

"Mang liat di belakang ada Kuntilanak," aku berlari lebih dulu, hingga di depan Gang Bi Mayah ada sebuah warung, aku menunggu Mang Aep yang hanya berjalan seakan tidak melihat apapun.

"Kenapa kamu lari Ton?" Tanya Mang Aep.

"Tadi Amang gak lihat ada Kuntilanak di batas Desa?" Jawabku.

"Kalo jalan malam hari, kamu harus fokus ke perjalanan dan jangan banyak nengok! Apalagi kalo ada yang manggil dari belakang, ya gini jadinya," jelas Mang Aep.

Mungkin memang benar juga apa yang disarankannya karena dia lebih berpengalaman dalam setiap perjalanan malam, Mang Aep jalan lebih dulu Lewat Gang Bi Mayah yang ku ceritakan di Thread 'GILINGAN PADI', aku beristirahat sejenak melepas keringat sambil membakar rokok.

Setelah keringatku reda, aku lanjut berjalan menuju pangkalan ojek Citalem dan masuklah ke sebuah bangunan pasar tradisional yang kalo malam hari sangat gelap gulita.

"Jang!!" Suara seorang perempuan memanggilku, tepat berdiri di bawah pohon sawo di sebrang jalan, didepan sebuah rumah itu kosong.

Akupun kembali, ku lihat ada seorang Ibu dan seorang gadis kecil menggenggam tangan nya seperti meminta pertolongan.

Yang membuatku heran dari mana datangnya Perempuan tua dan anak kecil itu, padahal tidak ada kendaraan lewat, dan dari mulai aku berjalan, tidak ada seorangpun di sana.

"Ibu memanggilku?" Tanya ku.

Ibu itu menjelaskan katanya mau pulang dengan arah tujuan yang sama dengan ku, kupastikan kembali mereka itu manusia atau bukan, namun baik di pikiran ku tak apalah berjalan bersama mereka nambah temen juga di perjalanan.

Sepanjang pasar tradisional aku dan mereka tak banyak bicara, suasana malam sangat sepi, suara anjing pun melolong karena kala itu bertepatan Bulan Safar, tiba-tiba di tengah bangunan pasar aku mencium seperti bau amis, bukan bau Ikan atau sayuran busuk melainkan bau yang sangat aneh.

Tidak banyak berpikiran aneh-aneh aku membakar Rokok, namun ibu itu menyarankan jangan katanya anak gadis yang bersamanya memiliki penyakit asma.

Untuk menghargainya ya sudah aku lanjut berjalan hingga aku melewati bangunan pasar yang gelap itu dan aku berjalan di pinggir lapang Sepak bola, namun si Ibu itu mengajak melewati tengah lapang, katanya takut kalo lewat pinggir suka ada penampakan di Penggilingan padi.

Aku mengikuti ibu itu lewat tengah lapangan karena kasihan, selang 20 meter kami berjalan di lapangan sepak bola tiba-tiba si gadis kecil itu terdiam seakan tak mau berjalan.

"Ada apa neng? Ayo jalan sudah malam," tanya ku.

Gadis itu hanya diam tak mau jalan.

"Ada apa Bu? Ko si neng nya terdiam?" Tanya ku.

Ibu itu juga terdiam tak menjawab pertanyaan itu, dengan tatapan kosong dan mata yang menatap tajam, mereka menatap ke arahku, pikirku semakin heran Ada apa ini sebenarnya?.

Mereka hanya menatapku dengan tatapan mata yang tajam, bulu kudukku merinding, aku pun melangkah mundur sedikit-demi sedikit dan mereka.

"Heeemehehehehehehe." Mereka tertawa seolah menertawakan aku, suaranya seperti kuda yang di pecut.

"Astagfirulloh" aku terjatuh ke belakang, dan merangkak mundur, mereka menertawakan ku seolah lucu melihat aku yang ketakutan, aku kembali berdiri.

"Hembbhehehehehehe." suara kuda terdengar gadis kecil dan wanita tua itu berubah wujud, menjadi 2 ekor kuda yang tinggi besar dan mendendangkan kaki depan nya ke arah langit.

Kuda putih itu berlari memutar mengelilingiku, aku hanya terdiam seolah tak sadar, seakan aku berada dalam jebakan kedua siluman kuda itu.

"Astagfirulloh, ya Allah." Ku usap wajahku dan berlari ke ujung lapang Sepak bola itu sambil membaca ayat suci yang kuingat.

Aku berlari tanpa sadar kemana arah jalan yang harus ku lewati, dalam pikiranku yang paling penting adalah menjauh dari kedua siluman itu, sampailah aku di sawah yang mengarah ke rumahku.

"Kenapa mang Ton?" Tanya salah satu pemuda yang sedang jaga ronda malam itu.

Ku jelaskan kejadian yang ku alami, aku sadar apa yang dikatakan Mang Aep, seharusnya aku tak menoleh ke arah belakang ketika ada yang memanggil ku tadi.

Akhirnya aku diantarkan 2 pemuda itu ke rumah ku yang tak jauh dari Pesantren.

Terima kasih,

Adoelt Baby Creepy Universe 0720-05

Asalamualaikum Waranmatullohi Wabarokatuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar