Selasa, 04 Agustus 2020

Memedi Sawah Darussalam, Citalem, Cipongkor, KBB

MEMEDI SAWAH DARUSSALAM


-A THREAD

#Adoelt_Beby_Creepy_Universe


"Tok, Tok, Tok," suara pintu diketuk.

"Assalamualaikum?" Dari luar terdengar panggilan.

"Waalaikumsalam," jawab kami.

Viki membuka pintu rumahnya, dari luar terlihat seorang Pria paruh baya.

"Maaf-maaf ya ganggu, maaf banget ya ini mah, tolong jangan terlalu berisik!" Sahut pria di depan pintu.

Kami mengakhiri kegiatan setelah pria itu meminta kami jangan terlalu berisik, karena di rumahnya ada seseorang yang sedang koma, dan sedang dibacakan pengajian Yasin, memang iya kala itu tetangga Viki ada yang sedang sakit parah, sakitnya sudah lama, sudah diperiksa dokter tapi katanya tidak ada penyakit yang terdeteksi.

Kejadian ini terjadi tahun 2007, ketika kami sedang latihan bermain band di rumah Viki, malam itu orang tua Viki dan adiknya sedang ke luar kota menjenguk Neneknya yang di Bogor.

Sebut saja namaku Deden, malam ini jadwal latihan Band di rumah Viki, dari rumahku jaraknya lumayan jauh, tapi masih satu Desa.

Malam itu bertepatan Malam Jum'at, aku, Radjib, Tino, dan teman ku satu Denis, lanjut ngopi sambil ngobrol di belakang teras rumah Viki yang menghadap ke hamparan sawah.

Dari membicarakan musik sampai kejadian mistis obrolan kami malam itu, ada yang menceritakan penampakan, ada juga yang menceritakan kisah rumah kosong di sekitar rumah masing-masing.

Malam semakin dingin dan Tino pun sudah tak kuat kedinginan, karena dia mengidap asma, dan kami memutuskan untuk bubar.

Seusai berbagi kisah horor, Viki ikut untuk menginap di rumahku, karena takut kalo di rumah sendirian katanya, awalnya aku dan Rajib yang akan menginap menemaninya, namun besok pagi aku harus mengantar Ummi ke pasar, Jadi aku yang ngajak mereka menginap di rumahku.

Kami pulang melewati jalan Warung domba, karena kalo lewat samping sekolah SD kami takut, katanya di sekolah itu sangat angker kalo malam hari.

Ketika kami berlima berjalan melewati pertigaan Wardom ada sebuah rumah yang dulu katanya bekas praktek bidan, Rajib lanjut menakut-nakuti kami dengan cerita mistis tentang kejadian di rumah itu, kami jadi tambah merinding dengan cerita Rajib.

Berpisah lah Tino dan Denis ke jalan yang berbeda, tinggal aku, Radjib dan Viki yang masih jalan karena rumahku masih jauh.

Tibalah kami di persimpangan gang menuju Pondok Pesantren Darussalam, kami bertemu dengan 2 orang wanita, yang ketika ditanya katanya mereka baru pulang dari Rumah sakit Dustira.

"Baru pulang nengok kakek," sahut kedua gadis itu.

Yang membuat kami terheran, kedua gadis itu kenapa sepulang dari rumah sakit tapi tidak membawa apapun seperti tas misalnya dan hanya memakai daster berwarna putih saja.

Dengan rasa iba Viki pun mengajak aku dan Radjib mengantar mereka ke ke rumahnya yang sedikit jauh dari rumahku.

Awalnya aku mengajak mereka melewati jalan Cibanteng, namun karena Viki berniatmengantar kedua gadis itu dia mengajak aku dan Radjib, ya sudah kami ambil jalan yang lebih dekat lewat sawah Darussalam.

Setiba di dekat Pesantren, suasana disana sangat sepi, mungkin perkiraan ku para santri sudah pada tidur, karena waktu sudah hampir tengah malam.

Semakin heran kami dalam perjalanan kenapa kedua gadis itu yang berjalan tepat di belakang kami, hanya terdiam membisu, seakan tidak ada hal yang ingin mereka bahas.

Dijalan persawahan yang berujung ke arah rumahku, Viki yang berhenti seakan terheran, melihat seorang kakek penjual Songko bambu yang membalik arah berlari terbirit-birit seakan ketakutan.

"Kenapa itu Aki-aki berlari yah? Kaya takut aja ketemu kita!" Serunya sambil membalikan badan, dan Viki hanya melongo ketika menghadap arah belakang.

"Kenapa Ki?" Tanya Radjib yang ikut menoleh setelah Viki terdiam menatap ke arah belakang.

"Kuntiiii . . . . . ." Radjib teriak sambil menarik tangan Viki yang sedang terpaku melongo dan seperti ingin menangis.

Viki ikut berlari karena dia melihat di belakang kedua wanita yang tadi antarkan sudah terduduk di dahan sebuah pohon jambu sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya.

Aku berlari paling belakang, terdengar suara rintihan seperti kedua kuntilanak itu menertawakan kami yang berlari.

Hingga tiba kami di sebuah mushola, kami beristirahat karena capek habis berlari.

Dari samping sebuah gundukan karung.

"Brak . . . ." Sebuah benda seperti pocong terjatuh.

"Wuaaah . . . ." teriak kami dengan kaget.

Dari belakang keluarlah seorang kakek yang tadi terlihat berlari saat melihat kedua kuntilanak itu, ternyata Songkok bambu milik kakek itu yang hampir menyerupai pocong yang jatuh.

"Ngagetin aja Bah!" Bentak Viki pada si kakek.

"Coba kalau tadi lewat sana pasti gak akan kaya gini," jawabku.

"Yah siapa juga mau nganterin cewek cakep," kata Radjib menyalahkan Viki.

"Iyah gua yang salah," sahut Viki sambil tersendak-sendak menghela nafas.

Kami bertiga lanjut dan kakek Penjual Songkok nasi itu menginap di mushola, katanya mau menunggu adzan shubuh baru melanjutkan perjalanan.

Tibalah di rumahku, tidak jauh dari mushola itu, kulihat Yanyan adik ku masih menonton TV, Umi dan Abah sudah tertidur pulas.

"Pada dari mana nih, kayanya abis olahraga malam," tanya Yanyan.

Kuceritakan apa yang terjadi, namun adik ku tetap heran, ketika ku bicarakan tentang kakek penjual Songkok bambu yang menginap di mushola.

"Si Abah yang orang Kaler itu bukan? Bukannya si Abah itu mah udah meninggal seminggu yang lalu!" Tanya Yanyan dengan penasaran.

Kembali ku ingat, ternyata benar kakek itu sudah meninggal, bahkan akupun sempat mengantar Abah yang jadi pendoa di pemakamannya.

Semakin mencekam suasana malam itu, kami berempat langsung tidur di satu kamar dan menutup rapat pintu kamar, karena ketakutan.

Keesokan paginya aku mengantarkan Ummi ke pasar, aku bertemu tukang ojek Citalem Legendaris yaitu Mang Barna, ku ceritakan padanya kejadian semalam, dan benar ternyata si Abah yang suka nginep di mushola itu sudah meninggal seminggu yang lalu.

Terima kasih sudah berkenan membaca Thread yang ku tulis, mohon maaf bila ada kesamaan nama, cerita, tempat dan karakter dalam Thread ini, cerita ini hanyalah fiktif, jangan terlalu dipercaya, tapi kalo mau di telusuri silahkan saja aku gak ikutan.

Mohon maaf kalo ceritanya tidak menyeramkan karena aku bukan Penyiar radio Ardan, mohon maaf kalo ceritanya gak lucu, karena aku bukan stand up komedian.

Terima kasih,

Adoelt Beby Creepy Universe 0720-03

Asalamualaikum Warahmatullohi Wabarokatuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar